08 November 2008

RITUAL ADAT DESA GEYONGAN

1. Lamaran Penganten

Adat lamaran pernikahan masyarakat Desa Geyongan atau biasa disebut penetepan dilakukan jauh hari sebelum acara pernikahan dilaksanakan. Setelah hari penetepan ditentukan keluarga dari kedua belah pihak berkumpul di kediaman masing-masing, dari pihak calon pengantin pria biasanya akan mewakilkan dari salah satu kerabat dekatnya untuk menjadi utusan yang akan menenamu ke pihak keluarga calon pengantin wanita.

Sudah menjadi kearipan lokal yang menjadi utusan itu dari kerabat dekat bukan langsung orang oleh tuanya , tujuannya untuk menghindari kles secara langsung apabila terjadi kesalahpahaman yang nota bene dikemudian hari akan menjadi besannya. Demikian pula dari pihak calon pengantin wanita juga diwakilkan dari keluarga dekatnya.

Setelah utusan dari pihak pria itu datang di kediaman pihak wanita layaknya tamu pada umumnya disambut dengan gembira dan ramah tentunya juga disajikan hidangan istimewa maklum tamunya juga istimewa membawa amanat yang harus disampaikan. Setelah bicara pembukaan si utusan tadi menyampaikan maksud dan tujuannya datang dengan menggunakan bahasa krama inggil (Bhs Jawa Cirebon : Bebasan) kalau belum paham bener menggunakan bahasa ngoko (Jawa Kasar) atau Bahasan Indonesia. Diutarakanlah masud dan tujuannya datang kesini untuk melamar si Anu putri bapak Fulan untuk anak kami si Bujang. Jawaban dari pihak wanita tidak begitu saja menerima pinangan dari pihak pria, biasanya terlebih dahulu menanyakan kesanggupan putrinya menerima atau tidak lamaran atau pinangan tadi. Kebanyakan si calon putri tadi jawabannya malu-malu kucing sambil mesam-mesem manis, lama kelamaan karena diguyoni kanan kiri akhirnya menganggukkan kepala dengan ucapan mesra “ ya “ pertanda dia mau atau setuju.

Proses selanjutnya dari pihak pria akan memberi penyingset berupa cincin kawin dari emas dan sejumlah uang sebagai penetep pada si calon pengantin wanita, cincin tersebut pada umumnya langsung dimasukan ke jari manis tangan kiri calon wanita oleh calaon pria atau oleh orang tua wanita. Kemudian dari kedua belah pihak memusyawarahkan hari dan tanggal acara pernikahan, kadang kala pihak wanita meminta waktu yang agak longgar guna merencakan dan menyiapkan acara pernikahan tersebut.

Adat acara pernikahan di desa Geyongan pada umumnya dipangku atau dilaksanakan di pihak keluarga wanita sebagai pemangku hajat dengan biaya ditanggung bersama bahkan sepenuhnya ditanggung pihak wanita. Pada acara tersebut ada kalanya dimeriahkan dengan acara hiburan sehari penuh bagi yang mampu mengundang group kesenian lokal, seperti : orkes, organ tunggal, topeng, genjring, tarling, sandiwara dan wayang kulit. Bagi yang kurang mampu biasanya cukup dengan acara pengajian dan ceramah agama bahkan dokmong atau tape saja

2. Pernikahan

Adat dan tata cara pernikahan di desa Geyongan mengunakan syariat Agama Islam dimana calon pengantin pria mengucapkan ijab kabul dan meberikan mahar berupa uang, perhisan atau berupa barang lainnya dan dilakukan dihadapan penghulu bahkan oleh orang tua si pengantin wanita kebanyakan diwalikan ke Penghulu atau yang biasa disebut Naib dan disaksikan oleh kelaurga dekat , tetangga dan masyarakat sekitar dan dilaksanakan di kediaman orang tua pengantin wanita.

Persiapan menjelang acara pernikahan kedua belah pihak baik di pihak calon pengantin pria dan wanita sama-sama sibuknya menyiapkan segalanya agar berjalan lancar. Dari pihak pria menyiapkan barang bawaan yang akan mengiringi calon pengantin pria menuju ke calon pengantin wanita, barang bawaan yang dibawa beraneka macama mulai dari pakaian wanita sepengadeg, makeup seperangkat, sayur mayur, kayu bakar, kelapa, pisang, beras, ayam, kambing macem-macem deh bahkan jaman dulu katanya ranjang dan kasur pengantenpun dibawa.

Acara pengiringan penganten pria adatnya dilakukan pada sore hari tapi sekarang ada juga yang pagi hari tergantung sikon, dengan diiringi kebarabat dekat, teman-tema dan tetangganya. Keberangkatan iring-iringan penganten pria diawali dengan sungkeman kepada ibu bapak kemudian berjalan didepan dengan perasaan tegang memakai kemeja atau jas dan peci diapit oleh kerabatnya atau temannya.

Setelah sampai di muka pintu rumah calon pengantin wanita dilakukan ritual tepung tawar (surak bhs Geyongannya) berupa beras kuning dan uang kricik (coin recehan) maksudnya tanda wujud syukur ke Allah. SWT menjalankan Sunahnya untuk memasuki kehidupan baru dalam membina rumah tangga dan kehidupan yang bahagia dunia wal akherat (mawadha, warokhmah).

Persiapan yang dilakukan oleh pihak calon pengantin wanita lebih repot dan melelahkan, dari mulai persiapan calon pengantin, Pelaminan, prasmanan, hiburan, tarub dan macam-macam tetek benget banyak sekali penulis sampai lupa.

a. Persiapan Calon Pengantin.

Persiapan calon penganten wanita dilakukan jauh hari sebelumnya paling kurang seminggu pengantin wanita dipingit tidak boleh keluar rumah untuk ditimung (Sauna) dan dimandii kembang setaman (tujuh macam bunga dari bunga melati, mawar, kantil, kenanga dan bunga lainnya … ah penulis lupa), juga dilulur (diborehi) dengan kunyit biar kuning dan puasa tentunya. Tujuan kesemuanya itu untuk menambah daya tarik calon pengantin wanita agar lebih langsing , cantik, kuning , wangi dan mamanglingi dikala duduk di pelaminan nanti.

b. Ijab khabul Pernikahan

Setelah persiapan pernikahan selesai calon penganten pria dan wanita duduk berdampingan dihadapan penghulu untuk melaksanakan ijab kabul dengan disaksikan orang tua calon pengantin wanita dan para pemuka agama serta tokoh masyarakat juga kerabat dan teman-teman dekat.

Acara pertama pembukaan dengan pembacaan ayat-ayat suci Al-Quran selanjutnya mengklarifikasi dokumen-dokumen surat nikah tentang ihwal penganten baik pria dan wanita, selanjutnya Naib menanyakan pada orang tua calon pengantin wanita apakah mau dilaksanakan sendiri atau diwalihkan ke penghulu/naib setelah sepakat maka proses ijab khabulpun dimulai. Naib biasanya akan memberi bimbingan terlebih dahulu kepada calon pengantin pria tentang proses ijab khabul agar dalam prakteknya bisa berjalan lancar. Ada cerita lucu yang pernah terjadi dimasyarakat, kata pak Naib “ setelah saya dudut/tarik jari telunjukmu maka kamu jawab “ kula terima “. Nah begitu proses ijab kabul berlangsung dan Naib menarik jari telunjuk calon pengantin , apa lacur jadinya ….. ternyata yang ia ucapkan “ dut kula terima “, maka geerrr lah orang sekelilingnya tertawa dan ijab khabulpun dinyatakan tidak sah dan harus diulang. Begitulah proses ijab khabul di desa Geyongan sangat simple tinggal mengucapkan kula terima maka sahlah ijab khabul atau resmi menjadi suami istri. Pada jaman dulu pernah terjadi prose ijab khabul gagal total karena pengantin pria tidak fasih mengucapkan “ dua kalimat sahadat “ , maka sebagai hukumannya calon pengantin pria digrujug (diguyur) air sumur sebanyak 7 ember.

Ada kepercayaan di masyarakat apabila ujung tumpeng walimahan itu retak maka dimaknai bahwa pengantin wanita sudah tidak perawan lagi atau diundu enom. Sudah menjadi kebiasaan setelah ijab khabul dilaksankan selamatan degan sajian tumpeng walimahan dan aneka masakan lainnya untuk dimakan bersama tanda bersyukur atas selesainya acara ijab khabul tersebut.

3. Ngupati Bajang Bayi

Mempunyai keturunan bagi sepasang penganten merupakan harapan dan kebahagian tersendiri terlebih baru membina magligai rumah tangga, untuk menunjukan syukur kepada Allah. SWT sang maha pencipta , maka diadakanlah acara Ngupati setelah kandungan berumur 4 bulan, dengan membuat ketupat dari beras dan dibagikan kepada kerabat dan tetangga. Ngupat diambil dari kata Papat (empat), di masyarakat geyongan mempercayai pada usia kandungan empat bulan jabang bayi yang ada didalam rahim ibu sudah disipat (dibentuk) organ tubuhnya dengan harapan kelak nanti bayi tersebut lahir mempuyai wujud sempurna.

4. Nujuh Bulan (Memitu)

Dalam proses editing .........

Tidak ada komentar: